Napak Tilas Kerajaan Lamuri, Lamreh, Aceh Besar
oleh : M. Adril Septian
Hari Minggu tanggal 28 September 2014 saya beserta kawan-kawan
mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Syiah Kuala melakukan Kuliah Studi
Lapangan di situs sejarah Lamuri di Desa Lamreh, Aceh Besar. Kegiatan ini juga
merupakan sebuah kerja sama antara Universitas Syiah Kuala, USU, dan
Universitas Sains Malaysia.
Konon dulunya di situs tersebut terdapat sebuah kerajaan yang
bernama Lamuri sekitar tahun 900-an. Sumber asing menyebut nama kerajaan
tersebut “Lamuri”, “Ramni”, “Lambri”, “Lan-li”, “Lan-wu-li”. Penulis Tionghoa
Zhao Rugua (1225) misalnya mengatakan bahwa “Lan-wu-li” setiap tahun mengirim
upeti ke “San-fo-chi” (Sriwijaya). Nagarakertagama (1365) menyebut “Lamuri”
diantara daerah yang oleh diaku sebagai bawahannya.
Kerajaan tersebut terletak di atas sebuah bukit, dan di bawah bukit
tersebut ada benteng yang terbentang di sepanjang pantai. Saya dan beberapa
kawan mencoba untuk turun dari bukit untuk mendekati benteng, tidak mudah
karena bukit tersebut cukup tinggi dan kami tidak menguasai medan, alhasil kami
semua kelelahan. Namun kelelahan kami terbayar saat mencapai benteng, kami
merasakan nilai historis yang cukup kental dari benteng tersebut.
Gambar 1.1 Benteng Lamuri
Selain benteng tersebut kami juga menemukan nisan dari raja-raja
Lamuri, pecahan keramik dan tembikar.
Dalam sesi tanya jawab yang diadakan di akhir kami mengetahui bahwa
kerajaan Lamuri dulunya adalah sebuah metropolis yang sudah melakukan hubungan
dengan kerajaan-kerajaan lain di dunia seperti kerajaan Chola di India dan
China. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan yang bercorak India
dan tembikar yang bermotif tiongkok.
Gambar 1.2. Pecahan Keramik
Gambar 1.3. Pecahan Tembikar
Gambar 1.3 Nisan yang ditemukan di situs Lamuri
Gambar 1.4
Kuburan yang ditemukan di situs Lamuri
Konon dulunya, Kerajaan Chola dari India pernah mencoba untuk
menyerang kerajaan Lamuri, namun tidak berhasil. Di India juga ditemukan sebuah
prasasti yaitu Prasasti Tanjore 1030 M yang menuliskan tentang sebuah kerajaan
yang bernama Lamuri yang sulit untuk ditaklukkan.
Sayangnya, situs Lamuri ini merupakan salah satu dari sekian banyak situs sejarah di Aceh yang tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. Padahal jika dikelola dengan baik, situs tersebut dapat menjadi tempat edukasi sejarah sekaligus tempat pariwisata. Sangat miris sekali melihat keadaan Lamuri yang terbengkalai begitu saja. Bahkan benteng yang terdapat di tepi pantai pun tidak terawat sama sekali dan dibiarkan rusak di makan usia.
Penulis berharap dengan adanya tulisan ini dapat mengetuk hati kita semua, terutama pemerintah dan rakyat Aceh agar lebih peduli terhadap peninggalan Sejarah.
Banda Aceh, 14 Oktober 2014.
Penulis adalah seorang Mahasiswa di FKIP Sejarah Universitas Syiah Kuala