PENGARUH HINDU & BUDDHA DI KALIMANTAN TIMUR
A. Proses masuk Hindu dan Buddha di Kalimantan Timur
Berdasarkan catatan sejarah agama Hindu pertama kali memasuki wilayah
Nusantara adalah melalui Kalimantan Timur. Tepatnya pada abad ke-4 M, di
Kalimantan Timur berdiri Kerajaan Kutai Martadipura. Buti tentang adanya
kerajaan tersebut diperkuat dengan adanya temuan-temuan seperti
prasasi-prasasti dan Yupa.
Ada lima teori tentang
masuknya agama Hindu dan Buddha ke Nusantara, khususnya Kalimantan Timur yaitu
:
·
Teori Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom,
berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang
datang untuk berdagang ke Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah
dengan orang Indonesia.
·
Teori Ksatria,
diutarakan oleh F.D.K Bosch berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke
Indonesia adalah kaum ksatria. Adanya raja-raja dari India yang datang
menaklukan daerah-daerah tertentu di Indonesia dan menghindukan penduduknya.
·
Teori Brahmana,
diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia
dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmana yang berhak mempelajari
dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga
karena undangan Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau sengaja datang untuk
menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
·
Teori Sudra , teori ini
menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kasta Sudra. Mereka
yang datang ke Indonesia bertujuan untuk mengubah kehidupan mereka karena di
India hanya hidup sebagai budak.
·
Teori Gabungan ,Teori
ini beranggapan bahwa kaum brahmana,bangsawan,dan para pedagang bersama-sama
menyebarkan agama Hindu sesuai dengan peranan masing-masing.
Pada dasarnya teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan
ksatria dan waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa
Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan
golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut
kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyebrangi laut.
Disamping pendapat / hipotesa tersebut di atas, terdapat pendapat yang
lebih menekankan pada peranan Bangsa Indonesia sendiri, untuk lebih jelasnya
simak uraian berikut ini.
Hipotesis Arus Balik
dikemukakan oleh FD. K. Bosh. Hipotesis ini menekankan peranan bangsa Indonesia
dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia. Menurutnya
penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh para cendikiawan atau
golongan terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya melakukan proses
penyebaran yang terjadi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut:
• Pertama, proses
penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para biksu, yang
menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Indonesia melalui jalur dagang,
sehingga di Indonesia terbentuk masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-orang
Indonesia yang sudah menjadi biksu, berusaha belajar agama Budha di India.
Sekembalinya dari India mereka membawa kitab suci, bahasa sansekerta, kemampuan
menulis serta kesan-kesan mengenai kebudayaan India. Dengan demikian peran
aktif penyebaran budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang
Indonesia yaitu para biksu Indonesia tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya
seni Indonesia yang sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciri-ciri
Indonesia.
• Kedua, proses
penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran
Saiva-siddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki
golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai
dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah
disucikan oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri
untuk menghindukan seseorang.
Jadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut
Hindu - Budha ke Indonesia. Beberapa hipotesis di atas menunjukan bahwa
masuknya pengaruh Hindu - Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah
namun tetap di dukung oleh proses perdagangan.
Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut
dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan arca perunggu berlanggam
Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).
B. Berdirinya Kerajaan Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti
sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai
Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari
nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan
tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini
dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam
menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang
berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas
kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti
kurban yang dilakukan umat Islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa
raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000
ekor sapi kepada kaum brahmana. Dapat diketahui bahwa menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman
Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto
yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36, transliterasi prasasti diatas
adalah sebagai berikut:
śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo
vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya
ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā
rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ.
|
Artinya:
Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur,
Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan
keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti
api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman,
raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah
mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk
peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para
brahmana.
|
Kerajaan
Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu
diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung Kute).
Kutai
Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai
Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai
Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah
menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
C. Raja – Raja Yang Pernah Memerintah di Kerajaan Kutai
Raja pertama
Kerajaan Kutai adalah Kudungga yang bergelar anumerta Dewawarman, dia merupakan
pendiri dari kerajaan Kutai. Berikut adalah daftar raja – raja yang pernah
memerintah di Kerajaan Kutai :
Maharaja Kudungga, gelar anumerta
Dewawarman (pendiri)
1. Maharaja
Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja
Aswawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja
Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja Marawijaya
Warman
5. Maharaja
Gajayana Warman
6. Maharaja
Tungga Warman
7. Maharaja
Jayanaga Warman
8. Maharaja
Nalasinga Warman
9. Maharaja
Nala Parana Tungga
10. Maharaja
Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja
Indra Warman Dewa
12. Maharaja
Sangga Warman Dewa
13. Maharaja
Candrawarman
14. Maharaja Sri
Langka Dewa
15. Maharaja
Guna Parana Dewa
16. Maharaja
Wijaya Warman
17. Maharaja Sri
Aji Dewa
18. Maharaja
Mulia Putera
19. Maharaja
Nala Pandita
20. Maharaja
Indra Paruta Dewa
21. Maharaja
Dharma Setia
D. Kesimpulan
Berdasarkan catatan sejarah agama Hindu pertama kali
memasuki wilayah Nusantara adalah melalui Kalimantan Timur. Tepatnya pada abad
ke-4 M, di Kalimantan Timur berdiri Kerajaan Kutai Martadipura. Buti tentang
adanya kerajaan tersebut diperkuat dengan adanya temuan-temuan seperti
prasasi-prasasti dan Yupa.
Ada 5 teori tentang masuknya agama Hindu dan Buddha ke Nusantara yaitu :
1.
Teori Waisya
2.
Teori Ksatria
3.
Teori Brahmana
4.
Teori Sudra
5.
Teori Gabungan
DAFTAR
PUSTAKA
Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka.
Lombard, Denys. (1996).
Nusa Jawa:
silang budaya kajian sejarah terpadu: Jaringan Asia,. 2. PT Gramedia Pustaka Utama.