PARTINDO
A. Latar Belakang Lahirnya Partindo
Setelah PNI dibubarkan pada bulan april
1931. Pimpinan Mr. Sartono mendirikan partai baru dengan beberapa simpatisannya
untuk melanjutkan cita-cita PNI yang lama dalam bentuk lain maka partai baru
itu dinamakan Partai Indonesia atau disingkat Partindo. Yang tidak menyetujui
pembubaran PNI lama yaitu Drs. Moh. Hatta dan St. Sjahrir mendirikan partai
baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI baru.
Baru saja heboh PNI selesai dan soal “wilde
schoolen ordonantie” reda, timbul persoalan baru, yaitu pemberontakan
diatas kapal perang de zeven provincien pada tanggal 5 februari 1933.
Pemberontakan ini didahului oleh gerakan-gerakan perlawanan dari personil
marinir di surabaya dengan dalih menuntut kenaikan gaji. Pemerintah kolonial
membom kapal penjelajah itu dan pemberontak menyerah.
Sementara itu dari kalangan masyarakat Belanda
timbul suatu perasaan kekhawatiran tentang adanya aksi sosial dari golongan
yang mereka sebut inlanders. Aksi sosial yang muncul di masyarakat ini
digunakan oleh masyarakat belanda untuk menghantam musuh politiknya. Pemerintah
condong untuk mengikuti jalan pemikiran golongan masyarakat belanda tersebut
dan mengambil tindakan yang keras terhadap golongan pergerakan nasional yang
radikal.
Sejak ada nya peristiwa diatas, propaganda
massa yang dilakukan oleh Partindo dan PNI baru oleh pemerintah kolonial
diperhatikan dengan seksama dan dianggap sebagai bahaya untuk ketentraman umum.
Sebenarnya pemimpin-pemimpin pergerakan
tidak melakukan tindakan-tindakan berbahaya, tetapi aksinya dan propaganda nya
menurut pemerintah kolonial menyebabkan rakyat dan keadaan bergolak, hingga
menimbulkan sikap bermusuhan terhadap
pemerintah kolonial. Disebabkan memburuknya perekonomian, rakyat gampang sekali
tersinggung dan kata-kata pemimpin pergerakan merugikan pemerintah kolonial.
Perkembangan ini dipakai sebagai alasan
yang menyebabkan rentetan tindakan-tindakan terhadap partai-partai politik yang
berhaluan non kooperasi. Apabila partai-partai yang berhaluan non kooperasi
bersatu maka keadaannya akan lebih baik. Tetapi partai-partai politik itu
sendiri saling bertengkar, hal yang seharusnya tidak dilakukan.
Terutama sejak peristiwa de seven
provincien, pihak polisi kerap
melakukan pengawasan terhadap perkumpulan-perkumpulan radikal. Pada pertengahan
tahun 1932, perkumpulan-perkumpulan ini banyak dirugikan dengan
iterupsi-interupsi dari pihak kepolisian untuk menunda rapat-rapat. Di
bulan-bulan awal tahun 1933 walaupun sering polisi membubarkan rapat-rapat yang
diadakan oleh pengikut-pengikut Soekarno,
tetapi perhatian rakyat masih banyak. Pada bulan-bulan febriari sampai
maret 1933, soekarno yang sudah dibebaskan beserta pemimpin-pemimpin Partindo
yang lain mengadakan suatu propaganda keliling diberbagai tempat di Jawa Tengah.
Isi pidatonya adalah menyerang kaum imperialis dan menganjurkan adanya
persatuan diantara kaum marhaenis untuk dapat mencapai indonesia merdeka.
Rapat-rapat umum itu banyak yang dibubarkan karena dianggap menggangu ketertiban oleh polisi.
Tindakan pemerintah dan polisi tersebut seperti yang terlihat di atas, di
dalam volksraad ramai dibicarakan. Seorang tokoh fraksi nasional Hoesni Thamrin,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada tanggal 4 april 1933. Ia menunjuk
contoh-contoh beberapa kejadian atas tindakan polisi, hal tersebut menjadikan
suasana lebih tegang. Jawaban dari wakil pemerintah Mr. Vonk merupakan tuduhan
yang keras terhadap diri Thamrin yang dianggap sebagai pembela dari golongan
ekstrimis.
Ketika sedang hangat-hangatnya memperdebatkan
persoalan tindakan polisi, Partindo menyelenggarakan kongres yang ke II.
Pemerintah melihat sikap Partindo makin dapat membakar semangat rakyat.
Demikian juga dengan PNI baru, oleh karena itu perlu diadakan tindakan tegas
bagi kedua partai tersebut. Untuk melumpuhkan semangat mereka, pemerintah
mengambil keputusan pada tanggal 27 juni 1933 untuk melarang pegawai-pegawai
negri menjadi anggota Partindo dan PNI baru. Tindakan pemerintah tersebut sebenarnya
tidak banyak memukul kedua partai tersebut karena anggota-anggotanya kebanyakan
bukan pegawai pemerintahan.
Ketegangan memuncak setelah penangkapan
Soekarno dan kawan-kawannya pada tanggal 1 agustus 1933. Alasan penangkapan
berdasarkan isi surat selebaran mencapai Indonesia merdeka yang didakwa melanggar
peraturan pemerintah. Sebelum surat selebaran tersebut, telah diadakan tindakan
peneguran terhadap Soekarna berhubungan dengan karangan-karangan yang
termuat dalam majalah fikiran rakyat
yang di pimpinnya, yang dianggap menebar bibit kebencian terhadap pemerintah.
Pada hari berikutnya keluarlah
keterangan pemerintah dalam sidang volksraad. Keterangan tersebut
menyatakan bahwa secara bulat memutuskan membatasi hak kebebasan pers untuk
perhimpunan-perhimpunan Partindo dan PNI baru. Pemerintah tidak mengambil
tindakan untuk membubarkan perkumpulan-perkumpulan politik tersebut. Sementara
itu keadaan golongan radikal menjadi kurang menyenangkan karena dalam akhir
tahun 1933 beberapa pemimpinnya meninggalkan Partindo. Mula-mula Gatot Mangkoepradja,
kemudian menyusul Ir. Soekarno sendiri. Tidak diketahui apakah keluarnya
tokoh-tokoh itu dari partai adalah siasat saja, karena adanya
kemungkinan-kemungkinan menyelamatkan partai berhubung dengan nota Colijn
kepada Tweede Kamer dimana disebutkan perlu adanya tindakan-tindakan terhadap
pemimpin-pemimpin partai politik, karena tindakan-tindakan mereka makin
berkobar-kobar dan aksi-aksinya selalu menghasut, dimana kesukaran ekonomi oleh
mereka digunakan oleh mereka untuk dipergunakan sebagai propaganda penting. Dan
Ir. Soekarno punya pengaruh sangat besar terhadap Partindo dan PNI baru.
Keluarnya Ir. Soekarno dari Partindo
mendapat reaksi dari kalangan pergerakan nasional pada umumnya teristimewa dari
golongan pendidikan nasional Indonesia yaitu Drs. Moh. Hatta, Sutan Sjahrir dan
Maskun. Sebab keluarnya pemimpin-pemimpin Partindo merupakan tamparan bagi
pergerakan nasional pada umumnya.
Setelah pemimpin-pemimpin Partindo
mengalami pembuangan, pemerintah kolonial melalukan sorotan yang seksama kepada
jalannya Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI baru.
B. Perkembangan Partindo
Dalam tahun 1933 Partindo telah mempunyai 71 cabang
(antaranya ada 24 calon cabang), beranggotakan kira-kira 20.000. Ia berusaha
terus-menerus memperbesar bilangan anggotanya, supaya dapat menjadi suatu
partai rakyat sesungguh-sunnguhnya. Dipergunakanlah suatu daftar usaha, lengkap
mengenai hal-hal sosial, ekonomi dan politik, yang semuanya harus meratakan
jalan menuju Republik Indonesia. Oleh Pemerintah disambut aksi ini dengan
mengadakan tindakan seperti yang diadakan terhadap PNI baru, yaitu :
a. Memperkeras
pengawasan polisi di rapat-rapat.
b. Larangan
bagi pegawai negeri menjadi anggotanya (27 Juni 1993).
c. Larangan
mengadakan persidangan di seluruh Indonesia (1 Agustus 1993).
d. Penangkapan-penangkapan
Ir. Soekarno yang seperti tercatat di
atas memimpin Partindo setelah keluar dari penjara, ditangkap kembali
dan diasingkan pada awal 1934 ke Flores (Besluit Gubernemen tanggal 28 Desember
1933 No. 2Z.
C. Bubarnya Partindo
Penangkapan atas diri pemimpin besar dari Partindo
itu dan larangan yang ditimpakan padanya tentang berapat, menyebabkan Partindo
memasuki suatu tempo yang tidak mengandung aksi. Oleh karena ternyata, bahwa
adanya partai ini sebagai anggota PPKI menjadi suatu rintangan untuk berapat
(Kongres Indonesia Raya bulan Desember 1933 Partindo keluar dari federasi ini.
Dari kalangan partai itu timbul makin lama makin banyak suara, yang ingin supaya Partindo dibubarkan
saja dan supaya didirikan partai baru, jadi amat berlainan sekali dengan
pendirian pemimpin-pemimpin PNI baru.
Bertambah merosotnya Partindo itu oleh karena
berhentinya segala aksi itu, menyebabkan akhirnya pengurus besar mengumumkan pada pertengahan
November 1936, bahwa diambil keputusan membubarkan partai itu. Sebagai
sebab-sebabnya dikemukakan, bahwa partai itu, karena akibat larangan berapat
dan jeleknya perekonomian rakyat, sulit sekali hidupnya. Seperti pada pembubran
PNI lama (dalam tahun 1931 oleh Mr. Sartono) juga pembubaran Partindo oleh Mr.
Sartono juga, terjadi dengan tidak mendapat persetujuan anggota seluruhnya ; di
beberapa tempat (umpamanya di Yogya, Semarang) di coba dengan mendirikan sebuah
komite Pertahann P.I, untuk menghambat pembubaran itu, tetapi tidak berhasil.
D. Kesimpulan
Setelah PNI dibubarkan pada bulan april 1931.
Pimpinan Mr sartono mendirikan partai baru dengan beberapa simpatisan nya untuk
melanjutkan cita-cita PNI yang lama dalam bentuk lain maka partai baru itu
dinamakan Partai Indonesia atau disingkat Partindo. Yang tidak menyetujui
pembubaran PNI lama yaitu Drs. Moh. Hatta dan St. Sjahrir mendirikan partai
baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI baru.
Dalam tahun 1933 Partindo telah mempunyai 71 cabang
(antaranya ada 24 calon cabang), beranggotakan kira-kira 20.000. Ia berusaha
terus-menerus memperbesar bilangan anggotanya, supaya dapat menjadi suatu
partai rakyat sesungguh-sunnguhnya.
Bertambah merosotnya Partindo itu oleh karena
berhentinya segala aksi itu, menyebabkan akhirnya pengurus besar mengumumkan pada pertengahan
November 1936, bahwa diambil keputusan membubarkan partai itu. Sebagai
sebab-sebabnya dikemukakan, bahwa partai itu, karena akibat larangan berapat
dan jeleknya perekonomian rakyat, sulit sekali hidupnya. Seperti pada pembubran
PNI lama (dalam tahun 1931 oleh Mr. Sartono) juga pembubaran Partindo oleh Mr.
Sartono juga, terjadi dengan tidak mendapat persetujuan anggota seluruhnya ; di
beberapa tempat (umpamanya di Yogya, Semarang) di coba dengan mendirikan sebuah
komite Pertahann P.I, untuk menghambat pembubaran itu, tetapi tidak berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
1983. Api Nan Tak
Kunjung Padam : Gelora Perjuangan Nusantara Sebelum Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, Jakarta : Almanak R.I
Kartodirdjo, Sartono.
1989. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional, Jilid
2, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pringgodigdo, A. K.
1964. Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia, Jakarta : Pustaka Rakyat.
Pringgodidgdo. SH, A. K.
1986. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta : Penerbit Dian
Rakyat.
Partindo berdiri di mana Yaa?
BalasHapusPartindo berdiri di mana Yaa?
BalasHapus