Minggu, 24 Maret 2013

PENGARUH HINDU & BUDDHA DI SUMATERA BARAT

PENGARUH HINDU & BUDDHA DI SUMATERA BARAT


              A.    Proses Masuk Pengaruh Hindu dan Buddha di Sumatera Barat

Jika membicarakan pengaruh Hindu maka tidak akan pernah lepas dari India. Karena negara tersebut merupakan asal dari agama tersebut. Pengaruh India sudah lama ada di Sumatera Barat, berbagai kelompok masyarakat dari anak benua India telah datang ke Sumatera Barat sejak masa pra-sejarah.
Sejak abad ke-4 dan ke-5 pengaruh India menjadi semakin jelas. Bahasa Sansekerta digunakan dalam berbagai prasati. Dan kemudian sejak abad ke-7 huruf India semakin sering dipergunakan untuk menulis bahasa-bahasa setempat. Pengaruh kebudayaan ini terutama bahasanya melebar dari Minangkabau hingga beberapa daerah bagian tengah pulau Sumatera.
Penetrasi kebudayaan Hindu yang berasal dari India Selatan masuk melalui satu kota pelabuhan yang dulu merupakan salah satu kota dagang tertua, terbesar, dan paling intersional dibandingkan dengan kota-kota pelabuhan manapun di kepulauan Nusantara ini. Kota pelabuhan yang dimaksud adalah Barus. Melalui kota dagang inilah kebudayaan  India yang oleh para pedagang India Selatan terutama bangsa Tamil masuk ke Sumatera Barat.
Pengaruh Hindu dan Buddha di Sumatera bagian tengah telah muncul pada abad ke-13, yaitu dimulai pada masa pengiriman ekspedisi Pamalayu oleh Kertanegara dan kemudian pada masa pemeritahan  Adityawarman dan putranya Ananggawarman.
Beberapa kawasan sumatera bagian tengah sampai kini masih dijumpai pengaruh agama Buddha antara lain kawasan Percandian Padangroco, Padanglawas dan kawasan percandian Muara Takus.

           B.   Berdirinya kerajaan Pagaruyung

  Melemahnya kerajaan Sriwijaya akibat serangan dari kerajaan Colamandala (India Selatan) yang bertubi-tubi tahun 1023 M dan 1030 M, menyebabkan banyak bermunculannya kerajaan-kerajaan kecil. Sehingga pada suatu masa naiklah kerajaan Singasari yang kemudian menjadi kerajaan Majapahit. Majapahit mencapai masa kejayaannya ketika Gajah Mada diangkat menjadi patih (1331 M). Gajah Mada menyatakan niatnya menaklukkan seluruh Nusantara ini ke bawah kekuasaan Majapahit, dan niat itu dilaksanakan selama kekuasaannya dengan bersungguh-sungguh. Minangkabau tidaklah lepas dari pada rancangan Gajah Mada.
Salah satu orang besar, cerdik dan cendekiawan dalam istana Majapahit itu, tangan kanan dari Patih Gajah Mada adalah seorang bangsawan berdarah campuran Melayu dan Jawa, yang bernama Adityawarman. Dia pernah dua kali diutus menjadi duta istimewa menghadap Maharaja di Cina. Kemudian dia kembali ke tanah leluhurnya (Minangkabau) dan menjadi raja di sana. Awalnya dia memerintah di kerajaan Siguntur dan kemudian berpindah ke kerajaan Pagaruyung dan mendapat gelar “Maharaja di Raja” karena menunjukkan kerajaannya lepas dari pengaruh Majapahit.
Kerajaan Pagaruyung berdiri pada tahun 1347 M. Sebelumnya kerajaan ini tergabung dengan Malayapura, sebuah kerajaan yang pada prasasti Amoghapasha disebutkan dipimpin oleh Adityawarman, yang mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Bhumi Malayu di Suwarnabhumi.
Adityawarman pada awalnya dikirim untuk menundukkan daerah-daerah penting di Sumatera, dan bertahta sebagai raja bawahan (uparaja) dari Majapahit. Kerajaan ini runtuh pada tahun 1825, yaitu pada masa perang Padri, setelah ditandatanganinya perjanjian antara kaum Adat dengan pihak Belanda yang menjadikan kawasan kerajaan Pagaruyung berada dalam pengawasan Belanda.

     C.  Pengaruh Hindu dan Buddha dalam Kehidupan Masyarakat Minangkabau

Sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa kebudayaan Hindu dan Buddha dalam kehidupan masrakat muslim Minangkabau, walaupun kualitas dan kuantitasnya tidak seperti pada kebudayaan Jawa yang masih terlihat masih sangat kuat. Di Jawa Candi-candi dan adat kejawen masih kental. Itulah bedanya dengan Minangkabau. Candi dan Biaro tinggal nama. Di era Hindu Buddha ini (kemungkinan) banyak berdiri Candi-candi dan Biaro (istilah Minang untuk Vihara).
Pengaruh Buddha paling terasa di zaman Adityawarman karena ia sendiri menganut aliran Tantrism Tantrayana). Patung Buddha ada dimana-mana.  Minangkabau didominasi oleh warna merah kuning dan hitam.
Banyak yang melakukan ritual 'batarak' di gua-gua di tengah hutan atau di rumah-rumah tinggal di tengah rimba, demi mendapatkan sejumlah kehebatan. Di zaman ini pula diperkenalkan istilah-istilah yang berasal dari kedua agama tersebut, tentunya dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali.
Di era ini, banyak masyarakat melakukan persembahan sesajen. Ketika masyarakat minang akan membangun rumah, biasanya mereka akan memotong seekor ternak misalnya kerbau, sapi, kambing atau ayam. Setelah islam masuk pun, hal tersebut kadang-kadang masih diamalkan. Ilmu-ilmu hitam masih berkembang. Gasing tangkurak dan guna-guna banyak dipakai oleh masyarakat.
Mantra-mantra banyak digunakan. Dengan pengaruh kerajaan yang diperintah Adityawarman, Minangkabaubbanyak mendapat pengaruh budaya Jawa. Dikenallah istilah-histila seperti dewa-dewi, bidadara bidadari, patih, tumenggung, Bodhi, Hyang, Manti (menteri), Pandito (pandita), Dewano, Sadeo (sadewa), dan Swarga-nairaka.

     D.   Peninggalan Hindu dan Buddha di daerah Sumatera Barat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ery Soedewo, dkk di situs Pulausawah, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, mereka menemukan beberapa peninggalan Hindu dan Buddha seperti pecahan keramik dan guci yang diperkirakan berasal dari Cina masa dinasti Song 10-11 M dan Annam dari abad 14-16 M. Penemuan tersebut merupakan bukti adanya hubungan antara Minangkabau dan Cina di masa lalu, dan itu artinya bahwa pengaruh Buddha memang ada di sana.
Di Pulausawah, di sepanjang aliran sungai Batanghari juga ditemukan  kompleks percandian. Kompleks percandian ini merupakan bagian dari situs muara Jambi yang dihubungkan dengan keberadaan kerajaan Melayu II.
Berikut merupakan tiga dari empat kesimpulan penelitian tersebut,
1.      Gundukan sisa bangunan yang berada di situs Pulausawah adalah sisa-sisa dari suatu bangunan suci umat Hindu atau Buddha.
2.      Berdasarkan temuan pecahan-pecahan keramik yang ada diperkirakan situs Pulausawah dimanfaatkan dalam rentang yang tidak terlalu panjang antara abad ke-11 hingga ke-14 M.
3.      Diduga manusia penghuni situs Pulausawah telah melakukan kontak dengan berbagai tempat seperti Cina yang didasarkan pada temuan keramiknya, dengan Timur Tengah yang didasarkan pada temuan pecahan kacanya, dan dengan daerah hilir Batanghari yang didasarkan pada temuan manik-maniknya.



     E.   Kesimpulan

Sejak abad ke-4 dan ke-5 pengaruh India menjadi semakin jelas. Bahasa Sansekerta digunakan dalam berbagai prasati. Dan kemudian sejak abad ke-7 huruf India semakin sering dipergunakan untuk menulis bahasa-bahasa setempat. Pengaruh kebudayaan ini terutama bahasanya melebar dari Minangkabau hingga beberapa daerah bagian tengah pulau Sumatera.
Pengaruh Hindu dan Buddha di Sumatera bagian tengah telah muncul pada abad ke-13, yaitu dimulai pada masa pengiriman ekspedisi Pamalayu oleh Kertanegara dan kemudian pada masa pemeritahan  Adityawarman dan putranya Ananggawarman.
Di Minangkabau juga pernah berdiri sebuah kerajaan Buddha, kerajaan tersebut adalah kerajaan Pagaruyung. Kerajaan Pagaruyung berdiri pada tahun 1347 M. Sebelumnya kerajaan ini tergabung dengan Malayapura, sebuah kerajaan yang pada prasasti Amoghapasha disebutkan dipimpin oleh Adityawarman, yang mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Bhumi Malayu di Suwarnabhumi.
Adityawarman pada awalnya dikirim untuk menundukkan daerah-daerah penting di Sumatera, dan bertahta sebagai raja bawahan (uparaja) dari Majapahit. Kerajaan ini runtuh pada tahun 1825, yaitu pada masa perang Padri, setelah ditandatanganinya perjanjian antara kaum Adat dengan pihak Belanda yang menjadikan kawasan kerajaan Pagaruyung berada dalam pengawasan Belanda.
Masih ada beberapa pengaruh Hindu dan Buddha yang masih bertahan di Minangkabau hingga saat ini. Di era ini, banyak masyarakat melakukan persembahan sesajen. Ketika masyarakat minang akan membangun rumah, biasanya mereka akan memotong seekor ternak misalnya kerbau, sapi, kambing atau ayam. Setelah islam masuk pun, hal tersebut kadang-kadang masih diamalkan. Ilmu-ilmu hitam masih berkembang. Gasing tangkurak dan guna-guna banyak dipakai oleh masyarakat.
Mantra-mantra banyak digunakan. Dengan pengaruh kerajaan yang diperintah Adityawarman, Minangkabaubbanyak mendapat pengaruh budaya Jawa. Dikenallah istilah-histila seperti dewa-dewi, bidadara bidadari, patih, tumenggung, Bodhi, Hyang, Manti (menteri), Pandito (pandita), Dewano, Sadeo (sadewa), dan Swarga-nairaka.
Di Pulausawah, di sepanjang aliran sungai Batanghari ditemukan  kompleks percandian. Kompleks percandian ini merupakan bagian dari situs muara Jambi yang dihubungkan dengan keberadaan kerajaan Melayu II. Gundukan sisa bangunan yang berada di situs Pulausawah adalah sisa-sisa dari suatu bangunan suci umat Hindu atau Buddha.

     F.   Saran

Kebudayaan Hindu dan Buddha merupakan kebudayaan yang sudah sangat tua di Indonesia. Indonesia sendiri memasuki masa sejarahnya setelah masuknnya pengaruh Hindu dan Buddha. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya prasasti-prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta. Jadi  seharusnya kita sebagai penerus bangsa ini melindungi dan menjaga peningagalan masa Hindu dan Buddha tersebut. Karena bagaimanapun juga hal tersebut merupakan bagian dari kehidupan masa lalu nenek moyang kita. Dan semoga saja peninggalan-peninggalan tersebut bisa terus ada dan dapat dilihat lagi oleh anak cucu kita nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar